Selasa, 09 Desember 2014

PHOTOGRAPHY OF MICROTECHNIQUE

Fotografi merupakan suatu proses pengggambaran dengan menggunakan cahaya. Mikroteknik berasal dari kata mikro artinya kecil atau renik, dan teknik artinya cara. Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara pembuatan sediaan melalui serangkaian perlakuan untuk menghasilkan objek yang dapat diamati di bawah mikroskop. Berikut merupakan hasil fotografi dari preparat mikroteknik hewan dan tumbuhan yang telah kelompok kami buat.

Preparat Tumbuhan
Gambar 1 Habitus Heliconia sp (www.rumahku.com)

       Gambar 2 Sayatan melintang adaksial daun
                        Heliconia sp. perbesaran 40x14     
Gambar 3 Sayatan melintang abaksial daun Heliconia sp.
      perbesaran 40x10

Heliconia sp. merupakan jenis tanaman hias khas tropis yang sering disebut sebagai pisang hias. Heliconia sp. mempunyai perawakan tanaman herba, menahun, dan tingginya bisa mencapai 1-2 meter, batangnya semu, terdiri dari pelepah daun berwarna hijau, daunnya tunggal, dan bunganya berbentuk tandan. Hasil pengamatan yang diperoleh dengan menggunakan metode whole mount yaitu terlihat adanya stomata yang lebih banyak di bagian abaksial daun dibandingkan bagian adaksialnya.


















Gambar 4 Habitus talas (http://tanamankampung.blogspot.com)



















Gambar 5 Sayatan melintang daun talas pebesaran 40x10

Metode yang digunakan yaitu metode parafin, daun dari tumbuhan talas yang disayat secara melintang yang dilihat di bawah mikroskop menunjukkan terdapatnya jaringan yang disebut aerenkima. Aerenkima merupakan parenkima udara. Aerenkima dapat dengan mudah dibedakan dengan bagian jaringan yang lainnya karena ukurannya yang besar.











Gambar 6 Spirogyra di alam













Gambar 7 Spirogyra perbesaran 40x10

Preparat Spirogyra sp. dibuat secara utuh dengan metode whole mount. Melalui proses penyiapan dengan metode whole mount, bagian-bagian dari Spirogyra sp. dapat dengan mudah teramati, diantaranya terdapat kloroplas dengan bentuk spiral, pirenoid yang terdapat pada kloroplas, dan inti sel.











Gamar 8 Habitus bawang (fasm.wordpress.com)
















Gambar 9 Gambar preparat akar bawang perbesaran 40x10

Sediaan segar mitosis akar bawang merah dengan metode squash atau remasan dilakukan dengan cara pemencetan specimen yang terletak di gelas objek sehingga dinamakan metode remasan. Metode ini dilakuakan pada akar bawang merah untuk mendapatkan  kromosom pada setiap proses mitosis, mulai dari profase, metaphase, anaphase, dan telofase. Pewarnaan yang digunakan yaitu pewarnaan ganda, perwarnaan pertama dengan safranin dalam air dan pewarnan kedua dengan fast green dalam etanol 95 %, safranin berfungsi sebagai pewarna kromosom, sedangkan fast green digunakan sebagai pewarna sitoplasma.

Preparat Hewan















Gambar 10 Tungau cicak (macromite.wordpress.com)
















Gambar 11 Preparat tungau cicak perbesaran 10x10

Gambar diatas merupakan hasil preparat tungau cicak menggunakan metode whole mount atau sediaan utuh yang diawetkan dalam alcohol 70 % dan dijernihkan dalam larutan laktofenol. Tungau ini digolongkan dalam famili Pterygosomatidae, genus Geckobia, dengan ciri yang dimilikinya yaitu skutum dorsal tubuh dan banyak-banyak rambut pendek di bagian dorsal tubuh. Tungau ektoparasit ini melekat pada bagian kepala, ketiak, jari depan dan belang, pangkal paha, ekor, dan telinga cicak (Soleha 2006). 



































Gambar 13 Preparat otak mencit perbesaran 10x10

Otak mencit yang disayat secara melintang menunjukkan bagian yang terdiri dari olfaktori bulp, yaitu bagian putih di sekitar neuron. Neuron merupakan bagian yang dapat terlihat jelas sebagai bagian yang terdapat di bagian tengah dari otak.















Gambar 14 Bagian-bagian tulang (emedicine.medscape.com)
















Gambar 15 Preparat tulang sapi perbesaran 10x10

Tulang berfungsi sebagai penyokong bentuk tubuh, melindungi organ dalam, dan  pelekatan otot untuk pergerakan. Metode yang digunakan yaitu metode gosok. Tulang yang telah digosok serta diamati di mikroskop terlihat beberapa bagian seperti osteon, osteosit, kanal havers, dan kanal likuli.















Gambar 16 Katak 
















Gambar 17 Smear darah katak perbesaran 40x10

Preparat yang ada di atas merupakan preparat darah katak dengan metode apus atau smear. Pewarna yang digunakan pada smear darah adalah pewarna Giemsa. Pewarna Giemsa terdiri atas dua pewarna yaitu alur B yang mewarnai sitoplasma dan eosin yang mewarnai kromosom.
















Gambar 18 Balantidium sp. (www.southampton.ac.uk)
















Gambar 19 Balantidium sp. perbesaran 40x10

Pembuatan preparat Balantidium sp. dengan menggunakan metode smear. Metode sediian apus menggunakan 2 macam zat warna yaitu hemaktosilin dan eosin, hemaktosilin digunakan sebagai pewarna inti sedangkan eosin digunakan sebagai pewarna sitoplasma. Hasil terlihat naitu protozoa yang terdapat pada usus katak adalah Balentidium sp. yang berbentuk bulat.

Kesan dan pesan saat praktikum :

Kegiatan praktikum mikroteknik bagian hewan dapat berjalan dengan baik dan lebih kondusif  karena penjelasan materi lebih jelas dan mudah dipahami cara kerjanya. Pembagian tugas lebih teratur dan terarah. Instruksi yang diberikan sangat jelas sehingga praktikan paham terhadap semua langkah yang harus dilakukan. Praktikum mikroteknik bagian tumbuhan juga menyenangkan tetapi sedikit kurang terarah dan kurang kondusif. Instruksi yang diberikan tekadang tidak begitu jelas sehingga praktikan merasa sedikit bingung dalam pelaksanaan praktikum.
Praktikum Mikroteknik menambah pengetahuan baru. Alhamdulillah asik, walaupun banyak gabutnya. Tapi semuanya itu proses, jadi dijalanin saja. Ada kepuasan tersendiri kalau preparatnya bagus. Tapi suka sedih juga kalau pas dikasih entelannya tidak rata. Jadinya kurang bagus (jelek). Tapi praktikumnya bagus. Mudah-mudahan untuk ke depannya bisa lebih tertib, lebih bagus lagi mikroskopnya, dan lebih canggih lagi metodenya. Semangat kakak-kakak asprak 


Kami adalah kelompok 9A, tanpa ada salah satu diantara kami rasanya tiak akan lengkap, dan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Yah kami adalah kami yang saling melengkapi. Kelompok 9A (Yuan Nataliani, Sulfi Apriana Rizqi, Meiliana K, Vera Wati, Wildan Mubarak).












           

Jumat, 01 November 2013

Mengapa Apel Berubah Warna Setelah Dikupas


Buah apel memang banyak disukai orang, selain rasanya enak mengandung banyak vitamin apel juga menyegarkan jika kita konsumsi. Nah tahukah ada seputar fakta menarik akan buah apel? Ya, buah apel akan berubah warna setelah kita kupas kulitnya. Bagaimana ini bisa teradi? Apakah itu berbahaya?

Marilah kita mencari tahu mengapa apel berubah warna setelah dikupas, tahukah kalau buah apel mengandung berbagai zat kimiawi baik pada rasa maupun kulitnya. Ketika kita mengupas kulitnya lalu kita potong apel tersebut di udara terbuka maka bisa dipastikan bagian tersebut akan berubah warnanya, hal ini disebabkan karena adanya oksidasi sehingga perubahan warna terjadi apel tersebut.


Nah sekarang bagaimana cara agar apel yang telah kita kupas tidak berubah warna? Caranya adalah mencegah proses oksidasi tersebut, ataupun secara mudahnya masukkan apel yang telah dikupas tadi ke dalam air garam, bisa juga dengan memberi air gula atau air lemon. Itulah fakta seru seputar mengapa apel berubah warna setelah dikupas

Rabu, 24 Juli 2013

Persembahan Terbaik untuk Emak


M. Mirwan Islamy

Pagi itu saya duduk di bangku pojok paling belakang,
tepatnya di ruang laboratorium komputer SMAN 2 KS Cilegon.
Saat itu adalah jam pelajaran kami belajar Web Design. Saya
masih ingat sekali suasana ricuh saat itu, suasana yang
mungkin tak akan saya temui lagi. Obrolan sana-sini seakan
menyeruak masuk seluruhnya ke dalam gendang telinga ini.
Tapi entahlah, setiap detik kejadian saat itu justru kini menjadi
sesuatu yang paling indah dalam kehidupan saya, dan hal ini
pula yang menjadi awal langkah saya menuju impian yang
selama kurang lebih 18 tahun terpendam.
Saat itu, Bu Erwina (guru BK) tiba-tiba masuk ke dalam
lab komputer. Beliau menyampaikan suatu informasi kepada
kami. Awalnya saya tak tahu informasi apa yang akan beliau
sampaikan, karena memang selama 3 tahun saya
mengenyam pendidikan di „SMANDAKS‟, saya jarang sekali
berinteraksi dengan guru-guru BK dan ruangannya itu. Beliau
masuk dengan mimik wajah yang tak biasa dan membuat
pikiran kami penuh tanda tanya. Entah mengapa tiba-tiba
jantung ini berdetak kencang, seakan ada hal besar yang akan
disampaikannya.
Saat itu beliau mengumumkan beberapa nama siswa
yang lolos untuk mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) Jalur Undangan. Mereka adalah
siswa-siswi yang berhasil menduduki peringkat 75% tertinggi
di kelas, mengingat sekolah ini adalah Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI). Dari beberapa nama tersebut, disebutlah
nama “Muhamad Mirwan Islamy” yang menduduki peringkat
kedua di kelas. Subhanallah, senangnya hati ini mendengar
kabar seperti itu.
Tapi ada satu hal yang tak bisa lepas dari pikiran saya
saat itu, “Mana mungkin saya melanjutkan pendidikan sampai
ke perguruan tinggi?” Bisa bersekolah di SMA saja sudah
sangat bersyukur, terlebih melihat keadaan ekonomi keluarga
yang tak memungkinkan. Abah sudah 15 tahun lalu
meninggal, sementara emak hanya seorang Ibu Rumah
Tangga yang setiap bulannya memperoleh dana pensiun
almarhum abah sebesar 1 juta rupiah. Saudara kandung saya
sudah banyak yang berkeluarga, mereka tinggal bersama
keluarganya masing-masing. Hanya tinggal kang Ferry dan
Teh Ntu di rumah.
Setiap harinya emak selalu berhutang ke warung untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Bahkan emak rela
menghabiskan dana pensiun itu hanya untuk membayar
tunggakan rumah sakit saat akang sedang sakit. Sementara,
akang teteh yang lain hanya mampu membantu semampu
mereka saja. Setiap kali emak mendapatkan dana pensiun,
emak pasti langsung menggunakannya untuk membayar
hutang-hutang tersebut. Seperti istilah „Gali lubang tutup
lubang‟. Entah sampai kapan keadaan ini akan terus
berlangsung. Saya pun hingga kini belum bisa berbuat apa-apa
untuk emak, hanya berjuang melalui prestasi terbaik yang
mungkin bisa saya persembahkan untuk emak.
Semenjak pengumuman itu, rasanya pikiran ini tak
mau berhenti berpikir mencari jalan agar saya bisa
melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Mengingat dari 8
saudara, hanya ada 1 orang yang bisa melanjutkan kuliah,
itupun setelah ia memiliki pekerjaan dan gajinya digunakan
untuk membiayai kuliahnya sendiri. Sementara, kesempatan
ini adalah satu-satunya peluang besar yang mungkin akan
bisa meloloskan diri ini ke perguruan tinggi ternama. Karena
memang tidak semua orang bisa meraih prestasi ini, dan
hanya mereka yang berjuang keras yang pantas
mendapatkannya. Sejak itu, saya tak hentinya berdoa kepada
Allah, semoga ada jalan keluar terbaik untuk semua ini.
Hingga keesokan harinya, Bu Erwina mendatangi
ruang kelas saya di XII IPA 5. Saat itu sedang berlangsung
kegiatan belajar mengajar bidang studi kimia. KBM pun
sejenak terhenti. Ya, lagi-lagi beliau datang untuk
menyampaikan informasi. Tapi informasi ini berbeda dari
biasanya. Beliau mengumumkan beberapa nama siswa-siswi
yang berhak mengikuti SNMPTN Undangan melalui beasiswa
Bidik Misi. Beasiswa yang khusus diperuntukkan bagi rakyat
miskin berprestasi. Bagi yang namanya disebutkan, maka ia
berhak mengikuti SNMPTN Undangan tanpa biaya
sepeserpun dan jika lolos seleksi nantinya akan diberikan
bantuan dana untuk biaya hidup selama menempuh kuliah 8
semester dan seluruh biaya akademik akan ditanggung oleh
beasiswa bidik misi tersebut. Dan surprise, nama “Muhamad
Mirwan Islamy” kembali terucap. Masyaallah, betapa
senangnya saat itu. Rasanya seperti ada secercah harapan
yang muncul dari setiap sudut kelas. Naufal (teman sebangku)
menjabat tangan saya dan memberi ucapan “Selamet ya wan,
ini langkah besar yang bakal lo ambil, dan gue yakin lo pasti
bisa dapetin PTN favorit lo wan!”. Rezika dan Lina (teman
depan bangku) pun demikian, dengan guraunya mereka
memberi candaan yang membuat saya semakin semangat
dan yakin akan keberhasilan saya nanti. Saat itu pula saya
diberi formulir bidik misi oleh bu Erwina. Saya segera mengisi
formulir tersebut dan mengembalikannya kepada beliau.
Esoknya, saya mendatangi ruangan BK untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai prosedur program beasiswa
bidik misi. Rasanya aneh sekali, sudah berapa lama saya tak
menginjakkan kaki diruangan ini atau sudah berapa lama
ruangan ini tak saya kunjungi. Tapi sudahlah, hal itu tak
sangat penting untuk saya, yang sekarang harus dilakukan
ialah memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai
bidik misi. Lantas saya membuka buku panduan bidik misi,
langsung saja saya baca seluruh prosedur-prosedurnya dan
tak lupa saya lihat kuota bidik misi di masing-masing
perguruan tinggi negeri. Bu Erwina pun menyarankan saya
untuk segera daftar SNMPTN Undangan jalur bidik misi dan
memilih satu PTN dengan maksimal 2 program studi yang bisa
dipilih. Sebelumnya, Bu Erwina memberikan pin untuk
melakukan registrasi tersebut.
Saat melakukan registrasi SNMPTN Undangan, entah
apa yang terlintas dalam benak saya. Tiba-tiba saya terdorong
dan termotivasi untuk memilih Institut Pertanian Bogor (IPB)
dengan program studi Teknik Mesin dan Biosistem. Tapi
sepengetahuan saya saat itu, IPB adalah kampus rakyat dan
sangat ternama di Indonesia. Dikenal baik oleh masyarakat
dan masyhur dikata orang. Mengabdi pada Indonesia untuk
memajukan sektor pertanian Indonesia. Memberikan
kontribusi yang baik guna mencukupi kebutuhan pangan di
Indonesia.
Setelah itu, saya kembali pulang menuju rumah
tercinta dengan senyuman termanis. Dengan senangnya, saya
menyapa setiap warga disekitar rumah dan sekeliling
kampung. Bersenda gurau dengan emak, kang Ferry dan teh
Ntu. Mungkin hari itu adalah hari yang sangat berkesan bagi
saya. Selama ini saya tak pernah beranggapan untuk bisa
mengikuti seleksi SNMPTN seperti yang dibayangkan.
Bagaimana tidak, untuk mengikuti seleksi reguler diperlukan
biaya sedikitnya 150.000 rupiah. Uang sebesar itu darimana
saya dapatkan, sementara saat itu lahan kantong mulai
mengering dan sedang banyak kebutuhan-kebutuhan yang
menurut saya jauh lebih penting guna menunjang prestasi
akademik di sekolah.
Hingga akhirnya pengumuman seleksi SNMPTN
Undangan pun tiba. Malam itu, seusai melaksanakan shalat
isya‟, saya bergegas menuju warnet terdekat. Langsung saya
buka web SNMPTN Undangan. Lagi-lagi nikmat itu datang.
Saya dinyatakan lolos seleksi SNMPTN Undangan dan
diterima di Institut Pertanian Bogor dengan program studi
Teknik Mesin dan Biosistem. Tanpa pikir panjang saya
bersujud untuk mensyukuri nikmat Allah yang besar ini.
Dengan bangganya saya kembali kerumah dan memberikan
kabar kepada emak, keluarga, dan tetangga sekitar bahwa
saya diterima di IPB. Tak Cuma itu, saya juga lantas
mengabarkan hal ini kepada teman-teman dan sahabat karib.
Bahagianya saat itu laksana sedang tertimpa durian yang
runtuh dari pohonnya. Sepertinya malam itu mata saya
enggan terpejam untuk memandang senyuman emak dan
keluarga. Terlebih emak seakan tak percaya, anaknya yang
bungsu ini berhasil menembus impian keluarga untuk
melanjutkan perjalanan hidup ke jenjang yang lebih baik.
Subhanallah.
Esoknya saya mendatangi sekolah dan bergegas
menuju ruangan BK. Saya langsung mengabari hal tersebut
kepada Bu Erwina. Namun sayang, Bu Erwina berkata
bahwasannya saya memang diterima di IPB tapi bukan berarti
saya otomatis mendapatkan beasiswa bidik misi tersebut.
Masih ada beberapa langkah lagi yang harus ditempuh untuk
mendapatkan beasiswa tersebut. Diantaranya ialah
pengiriman berkas-berkas bidik misi dan seleksi wawancara
yang akan dilakukan oleh pihak IPB.
Hingga hari itu tiba. Dengan penuh harapan, saya
meminta doa dan restu dari emak. Pukul 01.00 dinihari saya
dan kang Opik bertolak dari Serang, Banten menuju kampus
IPB Dramaga Bogor. Namun sayang, tak ada bis yang
menuju Bogor malam itu. Jangankan tujuan Bogor, tujuan
Jakarta saja tak ada satupun yang muncul. Akhirnya dengan
sangat terpaksa kami beristirahat di terminal Pakupatan
Serang menunggu esok tiba. Pukul 04.30 pagi kami bangun
dan bersiap menunggu bis Bogor, tapi masih saja tak
bermunculan. Sementara keresahan saya saat itu tak bisa
terpendam lagi. Bagaimana tidak, persyaratan registrasi saat
itu diwajibkan hadir di gedung Graha Widya Wisuda IPB pada
pukul 08.00 wib. Jujur, saat itu saya takut sekali nama saya
akan di diskualifikasi, dan dianggap hangus. Sementara air
mata mulai membendung disetiap kelopak mata. Kang opik
dengan lembutya menenangkan diri ini. “Sabar wan, pasti
nyampe kok ke Bogor mah paling cuma 3 jam-an” katanya.
Tapi tetap saja hati ini dongkol, rasanya kesalahan saya juga
kenapa tidak berangkat kemarin sore bersama Ulya teman 1
SMA. Akhirnya kami berangkat dengan bis tujuan Kampung
Rambutan Jakarta. Tiba di Jakarta dan segera mencari bis
tujuan Bogor, dalam hati saya berkata “Alhamdulillah, akhirnya
ada juga bis yang ke Bogor”. Saat itu kami tiba di IPB pukul
11.00 wib. Telat 3 jam dari yang seharusnya. Tapi untungnya
proses registrasi saat itu masih berlangsung dan saya masih
bisa mengikutinya. Alhamdulillah ya Allah.
Saat itu akan diadakan seleksi wawancara bidik misi.
Sekitar kurang lebih 900 calon mahasiswa pelamar beasiswa
bidik misi dipisahkan dan digolongkan sesuai dengan
fakultasnya masing-masing. Hingga wawancara selesai, saya
menemuni kang Opik yang sudah lama menunggu di luar.
Rupanya besok ia ada urusan penting dengan pekerjaannya di
Serang, jadi hari itu juga dia harus kembali ke Serang.
Sementara, saya tetap di Bogor dan bermalam di Asrama
Banten untuk mengikuti stadium general di GWW esoknya,
sekaligus akan diumumkan nama-nama calon mahasiswa
yang lolos seleksi wawancara bidik misi.
Hingga tiba waktunya pengumuman, nama demi nama
disebutkan di masing-masing fakultas. Tiap nama yang
disebutkan maju ke depan meja panitia dan dipersilahkan
untuk mengambil surat pemberitahuan diterima atau ditolak
untuk mendapatkan beasiswa bidik misi tersebut. “Dag dig dug
dag dig dug dag dig dug” rasanya jantung ini berdebar 100 kali
lipat dari biasanya. Maka disebutlah nama saya pada saat itu,
saya maju ke depan dan mengambil surat itu. Dan ternyata
saya „DITOLAK‟. Entah apa yang membuat saya ditolak saat
itu, tapi mungkin karena pelamar bidik misi yang begitu
banyak sementara kuota hanya 500 orang saja.
Kecewa sekali saat mendengar berita itu. Air mata
seakan tak bisa dibendung lagi. Seperti gunung meletus yang
memuntahkan seluruh isinya. Saya tidak tahu harus
bagaimana lagi. Saya tidak tahu bagaimana reaksi Emak,
kang Opik dan keluarga jika kabar itu sampai ditelinga
mereka. Saya tidak mampu memberikan kabar saat itu.
Sungguh kelamnya hari itu.
Dengan perasaan sedih dan kecewa saya bertolak
kembali menuju kampung halaman. Di dalam bis, masih saja
terasa linangan air mata ini menetes di pipi. Asa dan harapan
yang dahulu menggebu-gebu kini sirna bak ditelan bumi.
Entah pergi kemana mereka, saya tak tahu.
Tiba dirumah saya langsung masuk menuju kamar
yang kecil itu. Emak lantas mendatangi saya dan bertanya
“Sudah belum registrasinya wan? Gimana beasiswa
bidikmisinya dapet ga?”. Rasanya saya tak sanggup
mengatakannya pada emak. Lagi-lagi air mata ini menetes
dengan mudahnya saat melihat wajah tua itu. Wajah yang
selama ini merawat dan membesarkan jiwa raga ini. Ya Allah,
saya bingung sekali. Saya tak tahu harus berkata apa pada
emak, saya takut emak dan keluarga kecewa akan berita ini.
Saya terdiam dan lantas pergi keluar meninggalkan emak,
emak pun kembali melakukan aktivitas sehari-harinya di
dapur. Saya kembali ke kamar dan mengunci pintu kayu itu.
Berniat menghabiskan seluruh air mata ini agar tak kembali
mengalir. Galau sekali saat itu, laksana orang gila yang tak
bisa berbuat dan berpikir apa-apa lagi. Terdengar suara pintu
diketuk oleh kang Opik dan emak yang berada di balik pintu.
Dengan sekuat hati saya buka pintu itu. Dengan penuh
ketegaran hal itu terlontar dari lidah saya, “Wawan ditolak
mak, tapi katanya masih ada kesempatan untuk dapetin bidik
misi lagi. Karena yang diterima baru 450 orang dan kuota ada
500 orang yang bakal dapet bidik misi. Doain aja ya mak,
semoga Wawan bisa dapet bidik misinya”. Tak kuat hati ini
melihat wajah-wajah itu. Wajah yang tak sangat asing dalam
hidup ini. “Ya sudah, Wawan berdoa aja sama Allah semoga
bisa dapetin beasiswanya. Kalau memang rejeki mah ga bakal
kemana, Wan!” kata kang Opik. Terlihat wajah emak
menunduk membelakangi wajahnya. Terlihat ada kekecewaan
yang tampak di wajah wanita penyabar itu. Tapi akhirnya
kejadian menyedihkan itu langsung lenyap begitu saja.
Mereka kembali beraktivitas dan meninggalkan diri ini. Ya
Allah, besar sekali harapan saya untuk mendapatkan
beasiswa bidik misi tersebut. Seakan menjadi hal terbesar
yang akan saya berikan untuk keluarga dirumah jika diterima
nanti. Tapi sudahlah, mungkin bukan jalannya.
Tanggal 27 juni 2011 harus sudah berada di asrama
putra TPB IPB. Saya tetap memaksakan diri berangkat
menuju kampus IPB Dramaga tersebut, walau biaya yang
dibayar baru 100.000 rupiah saja. Hanya berbekal uang
300.000 rupiah saja saat itu, kebetulan emak sedang dapat
rejeki dari kerabatnya. Emak dengan sibuknya membantu
mengemasi barang-barang yang akan saya bawa ke asrama.
Tak tega rasanya pergi meninggalkan rumah, meninggalkan
emak dan keluarga, serta lingkungan Palas. Tapi ini satusatunya
jalan yang harus dilewati. Saat itu saya menumpang
di mobil Yenni, teman satu SMA yang juga diterima di IPB di
departemen Ilmu Komputer. Diantarnya saya hingga depan
GWW.
Saya melakukan registrasi ulang guna melengkapi
persyaratan akademik. Lagi, lagi dan lagi, air mata ini
berlinang dengan derasnya. Tak kuat melawan perkataan
salah seorang Dosen saat itu. Saya diminta untuk membayar
biaya pendaftaran sebesar 6.580.000 rupiah, minimal saya
harus bisa membayar setengah harga sebagai uang muka.
Namun apa daya, saya tak punya uang sebanyak itu. Saudara
pun tak sanggup membayarnya. Keluarga pun memutuskan
kepada saya untuk mundur saja dari IPB. Tapi saat itu saya
bertemu kak Reza Pahlevi, seorang Presiden mahasiswa IPB.
Ia lantas menguatkan semangat saya untuk tetap bertahan di
IPB dan berjuang. “Sabar ya, masih ada kesempatan yang lain
kok. Beasiswa lain juga masih banyak kok di IPB”, katanya.
Kemudian Kak Reza mengantar saya menuju meja registrasi
untuk bertemu dengan salah seorang dosen dari Fakultas
Kedokteran Hewan. Lantas saya diminta oleh mereka untuk
menandatangani kontrak perjanjian pelunasan biaya yang
diundur hingga bulan Oktober mendatang. Sebelumnya saya
meminta persetujuan keluarga dan mereka menyetujuinya.
Segera saya hapus air mata, dan menandatangani kontrak
perjanjian berwarna kuning itu. Saya lantas meninggalkan
GWW menuju asrama dengan barang bawaan yang begitu
beratnya.
Hari demi hari saya lewati di asrama. Hingga suatu hari
saya mendapat sms dari BEM KM IPB yang menyatakan
bahwa mereka masih mencari sekitar 15 orang untuk
mendapat beasiswa bidik misi. Rupanya masih ada peluang
untuk saya. Saya diminta untuk mengikuti wawancara di
gedung rektorat IPB. Sampai suatu ketika saya diberitakan
“DITERIMA” untuk mendapatkan beasiswa bidik misi tersebut.
Senang, gembira dan bahagia rasanya berbaur menjadi satu
dalam benak ini. Tak tanggung-tanggung saya langsung
mengabarkan hal itu pada Emak dan keluarga melalui telepon.
 “Alhamdulillah Wan, emak pasti seneng dengernya”, suara itu
terdengar dari suara kang Opik di rumah. Pastinya emak pun
akan sebahagia seperti apa yang saya pikirkan. Entah doa
apa yang emak dan keluarga panjatkan. Saya tak tahu dan tak
mau tahu. Nikmat ini datang dengan indahnya.
***
Ya Allah, terima kasih. Alhamdulillah, akhirnya saya
bisa mendapatkan beasiswa ini. Menempuh pendidikan
dijenjang yang lebih tinggi bersama sahabat-sahabat baru.
Dengan ini, setidaknya saya telah mempersembahkan hal
terbaik yang saya berikan untuk Emak. Ya, mungkin juga hal
ini adalah hal terbesar yang pernah saya berikan untuk Emak.
Dan sekarang, tinggal bagaimana langkah saya selanjutnya
menempuh pendidikan di IPB ini hingga tamat. Masih banyak
hal yang harus saya lakukan untuk itu. Dan semoga saja apa
yang saya cita-citakan dan apa yang emak harapkan bisa
terwujud suatu saat nanti. Amiin. Sekali lagi, Terima Kasih
saya ucapkan kepada Allah SWT dan Direktorat
Kemahasiswaan IPB yang telah memberikan kesempatan
pada saya untuk mengenyam pendidikan di IPB ini. Semoga
bisa menghasilkan sesuatu yang bermakna di kemudian kelak,
Amiin Yaa Robbal „Alamiin.